Wednesday, October 27, 2010

Karet IRR 39

Kemajuan produksi tanaman karet terus, meningkat sejalan dengan ditemukannya beberapa klon-klon unggul karet selama tiga siklus periode seleksi.  Diharapkan dengan penggunaan klon unggul baru produktivitasnya dapat ditingkatkan sampai 4 – 5 kali lipat yaitu dari bahan tanam berupa seedling yang produktivitasnya hanya 500 kg/ha/th menjadi 2000 kg/ha/th.
 Pemuliaan karet di Indonesia saat ini telah memasuki periode atau siklus generasi yang keempat. Berdasarkan pengelompokan yang telah dilakukan oleh Azwar dan Suhendry (1992 dan 1998) maka dapat dilihat pembagian tahapan atas generasi sebagai berikut :
·         Generasi I (< 1930) )                  : seedling terpilih
·         Generasi II (1930 – 1960)          : AVROS 2037, PIL-B 84, PB 86, Tjir 1, GT 1, LCB 1320, LCB 479, PR 107, WR 101
·         Generasi III (1983 – 1992)          :  PR 255, PR 261, PR 228, PR 300, PR 303, RRIM 600, BPM 1 dan seri TM.
·         Generasi IV (1993 – sekarang)  :  BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 217, PB 330, RRIC 100, RRIM 712 dan klon-klon seri IRR
Pada siklus keempat (G-4) klon-klon yang dihasilkan merupakan hasil penggabungan antara klon-klon hasil seleksi G-2 dengan G-3 atau sebaliknya.  Klon IRR seri 100 merupakan salah satu klon yang dihasilkan pada  G-4 yang produktivitasnya dapat mencapai 2500 kg/ha/tahun.  Salah satu klon IRR seri 100 yang mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan yaitu : IRR 118.
Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, mengelompokan rekomendasi klon menjadi dua kelompok yaitu
-          Klon anjuran komersial adalah klon unggul anjuran yang dikembangkan secara komersial yang disebut sebagai Benih BIna, pelepasannya melalui SK Menteri.
-          Klon harapan adalah klon-klon yang pada uji pendahuluan menunjukkan sifat lebih baik dari klon anjuran komersial, tetapi masih terbatas pengujiannya. 
POTENSI KEUNGGULAN
Produksi :
Rata-rata produktivitas 5 tahun tanpa menggunakan stimulan ± 2138 kg/ha/th, di atas klon pembanding PR 261 dan RRIC 100 masing-masing 152% dan 179% secara berturut-turut.  Dan relatif hampir sama  dengan produktivitas PB 260 (102%).  Evaluasi potensi produksi telah dilakukan dikebun percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata produktivitas tanpa stimulan klon IRR 118 dibanding PR 261, PB 260 dan RRIC 100
Klon
Produksi g/p/s (kg/ha/th)
Rata-rata
% tase terhadap
1
2
3
4
5
PR 261
PB 260
RRIC 100
IRR 118
33,7
(1415)
48,8
1630)
63,6
(2671)
56,5
(2543)
54,0
(2430)
49,3
(2138)
152
102
179
PR 261
29,5
1230
32,7
(1373)
31,0
(1302)
37,3
(1679)
32,5
(1463)
32,6
(1411)
-
-
-
PB 260
40,2
(1688)
32,7
(1373)
31,0
(1302)
51,0
(2295)
43,1
(1935)
46,4
(2087)
-
-
-
RRIC 100
20,9
(878)
30,9
(1298)
20,9
(878)
24,9
(1571)
30,0
(1350)
27,5
(1195)
-
-
-
Ket :    - Tahun 1 s.d 3 sistem sadap 1/2S d/3 (120 hari , 350 pohon
            - Tahun 4 s.d 5, sistem sadap 1/2S d/3 (150 hari : 300 pohon)

Sedangkan rata-rata produktivitas 5 tahun I – sadap dengan mengunakan stimulan ± 2112 kg/ha/th, di atas klon pembanding PR 261 dan RRIC 100 masing-masing 150% dan 140%.  Bila dibanding dengan PB 260, potensi produksi dengan penggunaan stimulan sedikit di bawah yaitu 90%. Demikian juga evaluasi dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, seperti data yang telah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi produksi klon IRR 118 dengan stimulan dibanding PR 261, PB 260, RRIC 100.
Klon
Produksi g/p/s (kg/ha/th)
Rata-rata
% tase terhadap
1
2
3
4
5
PR 261
PB 260
RRIC 100
IRR 118
41,7
1751
39,3
(1651)
46,7
(1961)
62,4
(2808)
48,6
(2087)
47,7
(2112)
150
90
140
PR 261
31,9
(1340)
32,6
(1389)
25,2
(1058)
43,7
(1967)
28,8
(1296)
32,4
(1410)
-
-
-
PB 260
46,6
(1957)
48,2
(2024)
61,1
(2566)
67,9
(3056)
48,3
(2174)
54,4
(2355)
-
-
-
RRIC 100
26,6
(1117)
25,7
(1499)
29,9
(1256)
43,3
(1949)
37,9
(1706)
34,7
(1505)
-
-
-
Ket :    - Tahun 1 s.d 3 sistem sadap 1/2S d/3 (120 hari , 350 pohon)
            - Tahun 4 s.d 5, sistem sadap 1/2S d/3 (150 hari : 300 pohon)

Pertumbuhan : 
Rata-rata pertumbuhan lilit batang klon IRR 118 pada saat TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan) datanya telah disajikan pada Tabel 3.  Berdasarkan data tersebut, lilit batang klon IRR 118 di atas klon pembanding PR 261 sebesar 121%. Sedangkan pertumbuhan lilit batang IRR 118 relatif sama dengan PB 260 dan RRIC 100 yaitu 102% dan 108%.  Dan laju pertumbuhan lilit batangnya per tahun relatif sama dengan PB 260 dan RRIC 100 yaitu ± 4 cm.  Perkembangan lilit batang di saat TM klon IRR 118 masih tetap jagur dibanding PR 261 dan RRIC 100 yaitu 116% dan 107% secara berturut-turut.
Dari ketiga lokasi (Tabel 3) yang digunakan untuk pengujian terlihat klon IRR 118 tumbuh jagur.  Hal ini memberikan suatu indikasi bahwa klon IRR 118 mempunyai performance atau penampilan yang stabil di berbagai lokasi.

Tabel 3. Perkembangan lilit batang klon IRR 118 dibanding PR 261, PB 260, dan RRIC 100
Klon
Lilit batang (cm)
Laju pertumbuhan cm/tahun
TBM
T M
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
TBM
TM
S. Putih
IRR 118
PR 261
PB 260
RRIC 100

20,4
18,5
19,2
15,8

39,9
33,0
32,9
35,7

48,9
40,3
47,9
45,1

52,5
43,4
50,1
48,7

55,5
47,6
59,8
25,2

60,5
51,7
64,4
56,6


64,6
55,4
69,4
60,9

66,7
57,5
72,0
62,6

14,3
10,9
14,4
14,7

3,7
3,8
5,5
3,5
Ambalutu
IRR 118
PR 261
PB 260


16,1
11,7
14,3

29,0
22,4
28,8

42,9
34,4
42,1

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-

13,4
11,4
13,5


-
-
-
P. Pinang
IRR 118
PR 261
PB 260


14,4
11,7
14,3

28,5
22,4
26,1

44,5
34,4
41,2

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-

15,1
12,8
14,2

-
-
-

Berdasarkan laju pertumbuhan di saat TBM klon IRR 118 yaitu > 13 cm per tahun, maka klon tersebut dikelompokkan pada pertumbuhan batang cepat atau masa TBM singkat sehingga penyadapan dapat dilakukan < 4 tahun.  Dan pertumbuhan di saat TM setiap tahunnya pertambahannya 3,7 cm maka dapat dikategorikan sebagai klon yang mempunyai potensi biomassa sedang (100 – 200 m3/ha). 
Dari pertumbuhan di saat TBM dan TM memperlihatkan, bahwa klon IRR 118 disamping penghasil laeks, juga merupakan klon penghasil kayu.  Volume kayu yang dihasilkan pada umur 7,5 tahun sekitar 0,09 m3, batangnya lurus, silindris, dan halus permukaaanya.

Ketahanan Penyakit :
Ketahanan penyakit klon IRR 118 terhadap Corynespora dan Colletotrichum disbanding klon pembanding masih lebih baik di ketiga lokasi pengamatan, seperti yang telah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.  Ketahanan klon IRR 118 terhadap penyakit gugur daun
Klon
Corynespora
Colletotrichum
A
PP
SP
Rata-rata
A
PP
SP
Rata-rata
IRR 118
0,40
1,60
0,0
0,67
16,83
11,00
6,00
11,28
PB 260
0,00
0,00
0,00
0,00
16,17
11,13
3,33
10,21
PR 261
2,00
5,20
0,00
2,40
14,1
15,17
-
12,67

Ket : A = Ambalutu, PP = Paya Pinang dan SP = Sungei Putih

Mutu Lateks dan Sifat Karet :
Pengelompokan mutu lateks dan sifat karet dilakukan oleh Anas (1999) yang bertujuan untuk mempermudah pilihan klon-klon harapan yang memiliki nilai karakteristik yang dapat diolah menjadi karet dengan mutu tertentu.  Berdasarkan mutu lateks dan  sifat karet klon IRR 118 dapat digunakan untuk produksi SIR 3 CV dan produk RSS, disamping juga produk SIR 3L, SIR 5 dan SIR 10/20.

DISKRIPSI KLON IRR 118
1.   Helaian daun                                         
      a.   Warna                                        :     hijau muda
      b.   Kilauan                                       :     kusam
      c.   Tekstur                                       :     halus
      d.   Kekakuan                                   :     agak kaku          
      e.   Bentuk                                        :     agak bulat telur (agak oval)
      f.    Pinggir daun                               :     rata
      g.   Penampang memanjang           :     rata
      h.   Penampang melintang               :     rata
      i.    Posisi helaian daun                    :     terpisah
      j.    Simetris daun pinggir                 :     simetris
      k.   Ukuran daun                               :     2,4 : 1
      l.    Ujung daun                                 :     sedang

2.   Anak tangkai daun                           
      a.   Posisi                                         :     mendatar
      b.   Bentuk                                        :     lurus
      c.   Panjang                                      :     sedang
      d.   Sudut                                          :     sedang

3.   Tangkai daun
      a.   Posisi                                         :     mendatar
      b.   Bentuk                                        :     lurus
      c.   Panjang                                      :     sedang
      d.   Ukuran kaki                                :     sedang
      e.   Bentuk kaki                                 :     rata – agak berlekuk

4.   Payung daun
      a.   Bentuk                                        :     kerucut
      b.   Besar                                         :     agak besar
      c.   Kerapatan permukaan               :     terbuka
      d.   Jarak antar payung                    :     sedang

5.   Mata
      a.   Letak mata                                 :     rata
      b.   Bekas tangkai daun                   :     tebal

6.   Kulit batang                                     
      a.   Corak kulit gabus                       :     sempit, tidak teratur
      b.   Warna kulit gabus                      :     coklat

7.   Warna lateks                                    :     putih

HISTORI PERAKITAN
Klon IRR 118 adaslah klon yang berasal dari persilangan antara induk betina LCB 1320 x Fx 2784 di kebun percobaan Sungei Putih pada tahun 1985.  Persilangan dilakukan pada pohon yang dipendekkan di Kebun Persilangan (Block hybriditation). Pemilihan induk didasarkan kepada produksi tinggi, jagur dan ketahanan penyakit daun utama.
Seleksi dilakukan terhadap hasil persilangan tahun 1985 s.d 1989 pada tahun 1991/92. Sejumlah 583 genotipe yang digunakan sebagai materi genetic yang ditanam di kebun bibitan dengan jrak tanam 1 x 1 m.  Parameter yang digunakan dalam seleksi adalah : produksi, pertumbuhan (lilit batang), jumlah dan diameter pembuluh lateks, dan ketahanan terhadap penyakit.
Genotipe-genotipe terbaik dipilih 10% untuk pengujian pendahuluan dan 1% hasil seleksi masuk ke pengujian plot promosi. Genotipe –genotipe terseleksi diperbanyak dengan okulasi dan digunakan sebagai materi genetik untuk tahap pengujian selanjutnya.
Pada pengujian plot promosi klon IRR 118 yang diuji dengan 4 klon pembanding : PR 261, PB 255, PB 260, dan RRIC 100.   Disain yang digunakan Simple Latice Disain.  Parameter yang diamati adalah produksi (stimulan dan tanpa stimulan) pada bidang BO-I, pertumbuhan, ketahanan penyakit, dan mutu lateks sertasifat karet.  Dari 21 klon yang diuji terseleksi diantaranya klon IRR 118.

PROSPEK PENGEMBANGAN
Evaluasi untuk pengujian klon IRR 118 dibangun di beberapa lokasi diantaranya :
Pengujian lanjutan :
-          Ambalutu à tinggi tempat 75 m dari permukaan laut; curah hujan 2800 mm/th
(Swasta)
-          Paya Pinang à tinggi tempat 20 m dari permukaan laut; curah hujan 1700 mm/th
(Swasta)
-          Sungei Putih à tinggi tempat 80 m dari permukaan laut; curah hujan 1962 mm/th
(PTPN III)
Pengujian  adaptasi
-          Gunung Tua    curah hujan 1500 – 2200 mm/th, bulan kering panjang 3
(K. Rakyat)           – 4 bulan, tingkat kesuburan tanah rendah.
-          Batang Toru     curah hujan sangat tinggi (2500 – 5000 mm/th)
(K. Rakyat)           ketinggian tempat 500m dari permukaan laut, tekstur tanah padat
 
Dari hasil evaluasi padas berbagai agroekosistem seperti yang tersebut di atas, klon IRR 118 memperlihatkan kinerja dan produktivitas yang tinggi.  Pada saat ini IRR 118 telah direkomendasikan sebagai klon penghasil lateks-kayu untuk pertanaman komersial.